Jumat, 17 April 2020

Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali

Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali
Menurut berita Cina di sebelah timur Kerajaan Kalingga ada daerah Po-li atau Dwa-pa-tan yang dapat disamakan dengan Bali. Adat  istiadat  di  Dwa-pa-tan sama  dengan  kebiasaan  orang-orang  Kaling.  Misalnya,  penduduk  biasa  menulisi  daun  lontar.  Bila  ada  orang  meninggal,  mayatnya  dihiasi  dengan  emas  dan  ke  dalam  mulutnya dimasukkan sepotong emas, serta diberi bau-bauan yang harum. Kemudian mayat itu dibakar. Hal itu menandakan Bali telah berkembang.

Dalam  sejarah  Bali,  nama  Buleleng  mulai  terkenal  setelah  periode  kekuasaan  Majapahit.  Pada  waktu  di  Jawa  berkembang  kerajaan-kerajaan Islam, di Bali juga berkembang sejumlah kerajaan. Misalnya Kerajaan Gelgel, Klungkung, dan Buleleng yang didirikan oleh  I  Gusti  Ngurak  Panji  Sakti,  dan  selanjutnya  muncul  kerajaan  yang  lain.  Nama  Kerajaan  Buleleng  semakin  terkenal,  terutama  setelah  zaman  penjajahan  Belanda  di  Bali.
Pada  waktu  itu  pernah  terjadi perang rakyat Buleleng melawan Belanda.Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang.Pada masa perkembangan Kerajaan Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirakan   menjadi   salah   satu   daerah   kekuasaan   Dinasti   Warmadewa.  Sesuai  dengan  letaknya  yang  ada  di  tepi  pantai,  Buleleng   berkembang   menjadi   pusat   perdagangan   laut.   Hasil   pertanian  dari  pedalaman  diangkut  lewat  darat  menuju  Buleleng. 

Dari   Buleleng   barang   dagangan   yang   berupa   hasil   pertanian  seperti  kapas,  beras,  asam,  kemiri,  dan  bawang  diangkut  atau  diperdagangkan  ke  pulau  lain  (daerah  seberang).  Perdagangan  dengan  daerah  seberang  mengalami  perkembangan  pesat  pada  masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu. Hal ini  dapat  dibuktikan  dengan  adanya  kata-kata  pada  prasasti  yang  disimpan di Desa Sembiran yang berangka tahun 1065 M.

Kata-kata  yang  dimaksud  berbunyi,  “mengkana  ya  hana  banyaga  sakeng  sabrangjong,  bahitra,  rumunduk  i  manasa...”
Artinya, andai kata ada saudagar dari seberang yang datang dengan jukung bahitra berlabuh di manasa...”

Sistem   perdagangannya   ada   yang   menggunakan   sistem   barter,  ada  yang  sudah  dengan  alat  tukar  (uang).  Pada  waktu  itu  sudah dikenal beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya ma, su dan piling.


Dengan  perkembangan  perdagangan  laut  antar  pulau  di  zaman  kuno  secara  ekonomis  Buleleng  memiliki  peranan  yang  penting  bagi  perkembangan  kerajaan-kerajaan  di  Bali  misalnya  pada masa Kerajaan Dinasti Warmadewa.