Rabu, 29 April 2020

Karakteristik Lapisan Bumi dan Pergeseran Benua

Guru Madrasah
Permukaan bumi terdiri dari dataran dan perairan. Dataran dinamakan benua, perairan yang luas dinamakan samudera. Perlu diketahui benua tempat kita berpijak ini dalam keadaan bergerak tanpa disadari. Pergerakan itu, adalah kemungkinan benua tempat kita tinggal posisinya menjauh dari posisi semula. Berikut ini kita akan mempelajarinya.
 Permukaan bumi terdiri dari dataran dan perairan Karakteristik Lapisan Bumi dan Pergeseran Benua
By:
1. Karakteristik Lapisan Bumi
Pada dasarnya planet bumi kita mempunyai beberapa lapisan (dari permukaan sampai ke dalam) yakni sebagai berikut;

a. Litosfer (Lapisan Batuan Pembentuk Kulit Bumi atau Crust)
Pada saat terlahir sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, bumi kita masih merupakan bola pijar yang sangat panas. Lama-kelamaan secara berangsur-angsur bumi kita mendingin. Akibatnya proses pendinginan, bagian luar bumi membeku membentuk lapisan kerak bumi yang disebut litosfer.

Penyusun utama lapisan litosfer adalah batuan yang terdiri dari campuran antar mineral sejenis atau tidak sejenis yang saling terikat secara gembur atau padat. Induk batuan pembentuk litosfer adalah magma, yakni batuan cair pilar yang bersuhu sangat tinggi dan terdapat di bawah kerak bumi. Magma akan mengalami beberapa proses perubahan sampai menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamort.

b. Astenosfer (Lapisan Selubung atau Mantle)
Astenosfer yakni lapisan yang terletak di bawah litosfer dengan ketebalan sekitar 2.900 km berupa material cair, kental, dan berpijar dengan suhu sekitar 3000ºC, merupakan campuran dari berbagai bahan yang bersifat cair, padat, dan gas bersuhu tinggi.

c. Barisfer (Lapisan Inti Bumi atau Core)
Barisfer yakni lapisan inti bumi yang merupakan bagian bumi paling dalam yang tersusun atas lapisan nife (niccolum atau nikel dan ferrum atau besi). Lapisan ini bisa pula dibedakan menjadi dua bagian, yakni inti luar dan inti dalam.
  • Inti Bumi Bagian Luar, merupakan salah satu bagian dalam bumi yang melapisi inti bumi bagian dalam. Inti bumi bagian luar mempunyai tebal 2.250 km dan kedalaman antara 2900-4980 km. Inti bumi bagian luar terdiri dari besi dan nikel cair dengan suhu 3.900ºC.
  • Inti Bumi Bagian Dalam, merupakan bagian bumi yang paling dalam atau bisa juga disebut inti bumi. inti bumi mempunyai tebal 1200 km dan berdiameter 2.600 km. Inti bumi terdiri dari besi dan nikel berbentuk padat dengan temperatur bisa mencapai 4.800ºC.
2. Pergerakan Benua
Sejak masa kelahirannya bentuk muka bumi tidaklah permanen, tetapi secara terus-menerus mengalami perubahan. Perubahan atau perkembangan muka bumi banyak diungkap dalam teori pergerakan benua. Beberapa teori mengenai pergerakan benua antara lain sebagai berikut;

a. Teori Pengapungan Benua
Dalam teori pengapungan benua yang dikemukakan oleh alfred Wegener dijelaskan bahwa sekitar 200 juta tahun yang lalu, di bumi baru ada satu benua dan samudera yang luas. Benua raksasa ini dinamakan Pangea, sedangkan kawasan samudera yang mengapitnya dinamakan Panthalasa.

Sedikit demi sedikit Pangea mengalami retakan-retakan dan pecah. Sekitar 180 juta tahun yang lalu benua raksasa tersebut pecah menjadi dua, yakni pecahan benua di sebelah utara dinamakan Laurasia dan di bagian selatan dinamakan Gondwana. Kedua, benua itu dipisahkan oleh jalur laut sempit yang dinamakan Laut Tethys. Sisa Laut Tethys pada saat ini merupakan jalur jebakan minyak bumi di sekitar laut-laut kawasan Timur Tengah.

Baik di antara Laurasia maupun Gondwana kemudian terpecah-pecah lagi menjadi dataran kecil dan bergerak secara tidak beraturan dengan kecepatan gerak berkisar antara 1 sampai 10 cm per tahun. Dalam sejarah perkembangan planet bumi, Laurasia merupakan cikal bakal benua-benua yang saat ini letaknya di sebelah utara ekuator (belahan bumi utara), meliputi Eurasia, Amerika Utara, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Adapun Gondwana merupakan cikal bakal benua-benua di belahan bumi selatan, meliputi Amerika Selatan, Afrika, subbenua India, Australia, dan Antartika.

Teori pengapungan benua didukung oleh bukti-bukti berikut;
  • Pantai di bagian timur Amerika Selatan dan pantai barat Afrika terlihat memiliki potongan yang cocok satu sama lain.
  • Batuan yang terdapat di Amerika Selatan dan di Afrika memiliki jenis dan umur batuan yang sama.
  • Struktur batuan induk di tepi Lautan Atlantik di Afrika, Amerika Utara, dan Eropa memiliki potongan dengan bentuk yang cocok satu sama lain.
  • Adanya bukti paleontologi yang dijumpai di benua-benua bagian selatan merupakan bukti yang kuat yakni berupa fosil bibit tanaman glossopteris yang ditemukan di daratan Amerika Selatan, Afrika Selatan, India, dan Australia. Di mana selama hidupnya tumbuhan ini hanya tumbuh di dataran dan mempunyai diameter batang beberapa milimeter. Jadi, terlalu besar untuk bermigrasi menyeberang Samudera Atlantik dengan cara diembus angin.
  • Pegunungan dengan arah timur-barat di Tanjung Harapan pinggir pantai dan di dekat Buines Aires, Argentina ditemukan struktur yang sama baik umur maupun corak deformasinya. Ketampakan lain yang cukup berarti untuk mendukung teori ini, yakni tipe-tipe batuan, meliputi batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf juga dijumpai di daerah itu.
Dalam teori ini juga dikemukakan beberapa analisis antara lain sebagai berikut;
  • Adanya formasi geologi yang sama antara pantai timur Benua Amerika dan pantai barat Eropa serta Afrika. Hal ini membuktikan bahwa formasi geologi di pantai barat Afrika sama dengan pantai timur Amerika.
  • Adanya pergerakan Pulau Greenland menjauhi daratan Eropa dengan kecepatan 36 meter setiap tahun. Pulau Madagaskar menjauhi Afrika Selatan sejauh 9 meter per tahun.
b. Teori Ed Suess
Adanya persamaan formasi geologi yang terdapat di Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika disebabkan oleh pernah bersatunya daratan. Daratan yang menyatu ini disebut Benua Gondwana. Benua ini sekarang yang tertinggal hanya sisa-sisa karena yang lain sudah ditutupi oleh laut.

c. Teori Kontraksi
Menurut teori kontraksi bahwa bumi kita susut dan mengerut karena pendinginan sehingga terjadi lembah-lembah. Teori ini dikemukakan oleh Descartes.

d. Tim Peneliti Amerika
Penelitian ini bertujuan membuktikan teori Wegener. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kutup selatan 200 juta tahun yang lalu terletak di dekat khatulistiwa. Sehingga pada zaman itu di kutup selatan terdapat hewan dan tumbuhan, kemudian di daerah itu bisa ditemukan fosil tulang rahang dari hewan amfibi air tawar purba tepatnya di Amerika Selatan dan Utara. Hal ini membuktikan bahwa teori pengapungan benua mendekati kebenaran.

e. Teori Lempeng Tektonik
Muncul pada tahun 1960-an yang merupakan lanjutan teori pengapungan benua. Dalam teori ini dijelaskan bahwa permukaan bumi terbentuk oleh kerak benua dan kerak samudera serta lapisan batuan teratas dari mantel bumi. Semua lapisan ini disebut litosfer. Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik. Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak dan saling menjauh serta bertemu di batas-batas lempeng.

Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng.  Adanya pergerakan-pergerakan lempeng ini mengakibatkan terbentuknya permukaan bumi seperti sekarang.

Sampai sekarang ini, benua bergerak dan bergeser beberapa sentimeter setiap tahun sebagai contoh, India bergeser ke utara sejauh 25 mm setiap tahun. Akibatnya pergeseran itu, sekitar 55 juta tahun yang lalu India bertumbukan dengan Benua Asia.

Adanya pergerakan lempeng tektonik bisa menimbulkan bentukan-bentukan di permukaan bumi yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh arah dan kekuatan gerak lempeng. Kemungkinan kekuatan pergerakan antardua lempeng dapat sama-sama kuat, sama-sama lemah, dan yang satu kuat sedangkan yang lain lemah. Daerah  tempat lempeng-lempeng itu bertemu disebut batas lempeng. Pada batas lempeng, kita bisa mengetahui cara bergerak lempeng-lempeng itu. Lempeng dapat saling menjauh, saling bertumbukan, atau saling menggeser ke samping. Batas-batas lempeng tektonik ditandai dengan adanya bentuk-bentuk alam akibat adanya aktivitas lempeng itu sendiri. Batas lempeng tektonik bisa dibedakan menjadi tiga jenis, yakni batas divergen, batas konvergen, dan batas sesar mendatar.

a. Batas Divergen
Pada batas-batas di mana antarlempeng saling menjauh (divergen) sehingga lempeng material-material baru yang berasal dari arus konveksi mantel di bawah lempeng. Material-material baru itu membentuk punggung tengah samudera (mid oceanic ridge) yang berupa pegunungan di dasar laut. Sebagai contoh, Mid Atlantic Ridge yang membatasi lempeng Amerika Selatan dengan lempeng Nasca.

Pada batas-batas di mana antarlempeng saling menjauh terdapat beberapa fenomena sebagai berikut;
  • Aktivitas vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa dan hamparan leleran lava yang encer.
  • Renggangnya lempeng
  • Aktivitas gempa di dasar laut dan sekitarnya.
  • Pembentukan tanggul dasar samudera di sepanjang tempat perenggangan lempeng.
b. Batas Konvergen
Batas Konvergen merupakan batas di mana terjadi dua lempeng yang bergerak saling mendekati sehingga terjadi tumbukan. Di daerah pertemuan dua lempeng terjadi beberapa fenomena berikut;
  • Hancurnya lempeng karena pergesekan lempeng.
  • Adanya aktivitas vulkanisme,intrusi, dan ekstrusi.
  • Terbentuknya palung laut di tempat tumbukan itu.
  • Pembengkakan tepi lempeng benua merupakan deretan pegunungan.
  • Merupakan daerah hiposentrum gempa dangkal dan dalam.
  • Lempeng dasar samudera menunjam ke bawah lempeng benua.
c. Batas Sesar Mendatar
Batas sesar mendatar terjadi karena karena adanya pergeseran dari dua lempeng dengan arah yang berlawanan. Pergeseran ini tidak menimbulkan penghilangan atau permunculan kerak bumi, namun di sepanjang daerah itu ditandai dengan adanya keretakan. Pada batas ini sering terjadi kerusakan hebat berhubungan dengan kegiatan gempa sebab fokus gempa yang terjadi relatif dangkal (lebih kecil dari 60 m). Misalnya zona sesar mendarat ini adalah patahan San Andreas di Amerika Barat, sesar Sumatera, dan sesar Sorong di Papua.