Minggu, 05 Januari 2020

Nilai & SEMANGAT Sumpah Pemuda dalam BINGKAI Bhinneka Tunggal Ika

Guru Madrasah
Nilai & Semangat Sumpah Pemuda dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika

Isi putusan Kongres Pemuda II merupakan manifestasi persatuan pemuda Indonesia. Kongres itu dihadiri oleh sekitar 750 orang dari Sembilan organisasi pemuda & oleh sejumlah tokoh politik seperti, Soekarna, Sartono & Sunario. Kongres ini merupakan puncak Integrasi ideologi nasional  & merupakan peristiwa nasional yang belum pernah terjadi pada masa itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa Kongres itu membawa semangat nasionalisme ke tingkat yang lebih tinggi hal itu di sebabkan isi putusan seperti terdapat dalam kalimat “kerapatan mengeloerkan kejakinan, azaz ini wajib dipakai oleh segala perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia” & pada kalimat “dan mengeloearkan penghargaan soepaja poetoesan ini  ………. dibatjakan di moeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan kita” menjadi landasan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.

Bagi bangsa Indonesia Sumpah Pemuda memiliki nilai yang tinggi yakni sebagai penegas pentingnya persatuan dalam upaya mencapai kemerdekaan. Keputusan Kongres Pemuda II yang kemudian dikenal dengan istilah Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak Sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia. Seperti kita telah ketahui, butir penting Sumpah Pemuda berisi tentang penegasan satu tanah air, satu bangsa, & satu bahasa, yakni Indonesia. Tiga hal ini merupakan faktor penting bagi negara kita.

Nilai & semangat lainnya adalah Sumpah Pemuda merupakan fakta Sejarah bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 pemuda Indonesia telah menyatakan satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa yakni Indonesia. Pernyataan tersebut  merupakan bentuk tekad & semangat perjuangan rakyat untuk merdeka atau bebas dari kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu. Kondisi ketertindasan di bawah penguasa kolonialis itulah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad bersatu demi mengangkat harkat & martabat hidup rakyat Indonesia. Tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

Sesuai namanya, Keputusan Pemuda (Sumpah Pemuda) dirumuskan oleh para pemuda. Semangat mereka tentang  satu tanah air, satu bangsa, & satu bahasa, yakni Indonesia terlihat dari keinginan agar isi dari keputusan tersebut wajib dipakai oleh sebagai asas dari segala perkumpulan-perkumpulan kebangsaan Indonesia. Ini berarti dalam diri mereka telah bangkitkan rasa nasionalisme yang tinggi. Para pemuda tidak lagi berjuang sendiri, melainkan bersama-sama.

Perlu disadari bahwa Sumpah Pemuda tidak lahir begitu saja. Banyak hal yang melandasi para pemuda bertekad untuk bersatu. Para pemuda telah menyadari bahwa dalam bangsa yang beraneka ragam tidak akan bisa membuat Indonesia merdeka jika berjuang di kelompok sendiri. Ini artinya Sumpah Pemuda mengadung semangat persatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Semangat & tekad persatuan itu akhirnya menjadi kenyataan setelah tanggal 31 Desember 1930 dalam Konferensi Pemuda di Solo terbentuk “Indonesia Moeda”. Hal tersebut memberikan bukti bahwa para pemuda kita lebih mengutamakan persatuan & kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi, golongan, maupun kedaerahan. Dengan demikian, kehadiran Indonesia Moeda merupakan pelopor dalam upaya secara nyata untuk mengutamakan persatuan & kesatuan bangsa. Puncaknya dari hasil semangat persatuan akhirnya dapat diwujudkan saat bangsa Indonesia meraih kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa sumpah pemuda merupakan minitur Bhinneka Tunggal Ika, artinya sekalipun para pemuda berasal dari berbagai daerah yang pasti memiliki suku, agama, ras & golongan yang berbeda namun mereka mengakui satu tanah air, satu bangsa & satu bahasa, yakni Indonesia. Berbeda-beda tetapi teta satu jua.

Bung Karno menganggap Sumpah Pemuda 1928 bermakna revolusioner: satu negara kesatuan dari Sabang sampai Merauke, masyarakat adil & makmur, & persahabatan antarbangsa yang abadi. "Jangan mewarisi abu Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, bangsa, & tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir," kata Soekarno dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-35 di Istana Olahraga Senayan, Jakarta, 28 Oktober 1963.